Ketika musuh menguasai Kuta Raja (Banda Aceh Sekarang), maka
pertahanan berpindah ke Kuta ke kota Lam Bhouk, Pagar Aye (Lhung Bata),
maka dalam tahun
1883
pertahanan itu dapat dikuasai oleh musuh. Untuk mengantisipasi hal ini
maka Tengku Syech Saman yang disebut Tengku Tjik Di Tiro memperkuat lagi
pertahanan Kuta Aneuk Galong bekas Kuta Panglima Polem Nyak Banta, yang
dulunya telah di rampas oleh pihak Belanda yaitu pada tahun 1878. Maka
dengan demikian serentaklah dari masing-masing pemimpin peperangan
mendirikan kutakuta lain, seperti halnya Tengku Empee Trieng (Kuta
Karang), Tengku Pante Kulu (Kuta Tuanku) dan lain-lain. Sementara itu di
Lam Krak didirikan 4 buah Kuta (Benteng Pertahanan) di bawah Komando
Tengku Fakinah, yang masing-masing di pimpin oleh seorang komandan
bawahan, yaitu:
- Kuta Lam Sayun, dipimpin oleh Tengku Pang M. Saleh.
- Kuta Cot Garot, dipimpin oleh Tengku Pang Amat.
- Kuta Cot Weue, dipimpin oleh Tengku Fakinah sendiri.
- Kuta Bak Balee, Dipimpin oleh Habib Lhong.
Adapun yang membangun kuta-kuta (Benteng-Benteng) ini adalah kaum
lelaki, kecuali Kuta Cot Weue dikerjakan oleh wanita-wanita sejak dan
membuat pagar, menggali parit dan pemasangan ranjau dilakukan sendiri
oleh para wanita yang diawasi oleh panglima perangnya Teungku Fakinah
sendiri bersama rekanrekannya wanita lain seperti :
- Cutpo Fatimah Blang Preh,
- Nyak Raniah dari Lam Uriet,
- Cutpo Hasbi,
- Cutpo Nyak Cut, dan
- Cut Puteh.
Teungku Fakinah Kawin Kedua
Setelah selesai membangun Kuta Tjot Weue, maka atas mufakat
orang-orang patut agar Tengku Fakinah Panglima Perang itu, dijodohkan
dengan Tengku Nyak Badai yang berasal dari Pidie, lepasan murid Tanoh
Abee. Alasan untuk mengawinkan Teungku Fakinah ini adalah karena seorang
panglima perang wanita dalam siasat perang senantiasa harus bekerja
sama dengan laki-laki yang sering melakukan musyawarah. Dalam pandangan
masyarakat umum tidak layak dalam suatu perundingan seorang wanita tidak
didampingi oleh suaminya. Dengan demikian Teungku Fakinah dapat
menerima saran dari orang-orang tua ini, maka dengan demikian perkawinan
mereka dilangsungkan. Setelah perkawinan itu, maka Teungku Fakinah
bertambah giat berusaha untuk mengumpulkan benda-benda perlengkapan
persenjataan dan makanan untuk keperluan tentara pengikutnya. Namun
dalam tahun 1896 suami kedua beliau yaitu Tengku Nyak Badai tewas ketika
diserbu oleh pasukan Belanda dibawah komandan Kolonel J. W Stempoort.
Di antara Pahlawan yang memimpin pasukan di bawah komando Teungku
Fakinah, adalah :
- Habib Abdurrahman, yang lebih terkenal dengan Habib Lhong, Beliau Syahid dalam suatu pertempuran.
- Tengku M. Saleh, Beliau juga Syahid
- Tengku Ahmad, yang lebih terkenal dengan Teungku Leupung, Beliau
tidak Syahid, akan tetapi masih sempat membantu Teungku Fakinah dalam
kehidupan pembangunan
- Tengku Nyak Badai, suami kedua Teungku Fakinah, dan Beliau juga Syahid
- Tengku Daud, Beliau juga Syahid.
0 komentar:
Posting Komentar