skip to main |
skip to sidebar
Jaman Hindia Belanda
- 1817 : Tanggal 1 Januari, Inggris menyerahkan kembali Banjarmasin dan Kalimantan kepada Belanda, maka pada hari itu dibuat Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
- 1817 : Amiril Tadjoeddin menjabat Raja Tidung sampai tahun 1844. Di Kotawaringin, Pangeran Ratu Imanuddin memerintah hingga 1855[43]
- 1819 : Syarif Osman Alkadrie menjadi Sultan Pontianak III sampai tahun 1855. Ia ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda untuk memimpin Afdeeling Pontianak.
- 1820 : Zainul Abidin II bin Badruddin (1820 - 1834) menjadi Sultan Gunung Tabur I, pecahan dari Kesultanan Berau. Pangeran Musa menantu Sultan Sulaiman dari Banjar menjadi Raja Kusan II sampai tahun 1830.
- 1823: Mr. Muller pegawai pemerintah Hindia Belanda mensurvey barat laut Kalimantan.[44])
- 1823 : 13 September 1823 : Kontrak Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
- 1825 : Adam Alwasikh Billah menjadi Sultan Banjar XVI sampai tahun 1857. Di Brunei, Muhammad Alam menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1828.
- 1825 : Bulan Juli 1825, Raja Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu menjalin kontrak dengan Hindia Belanda.
- 1826 : Setelah serangan penaklukan keraton Banjar di Banjarmasin pada tahun 1826,
Hindia Belanda telah membuat aturan daerah mana saja yang masih
dikuasai Kesultanan Banjar dan menentukan pembagian wilayah-wilayah.
- 1827 :
Populasi pulau Kalimantan diperkirakan Dayak 200.000 jiwa, Cina 125.000
jiwa, Melayu 60.000 jiwa , Bugis 5.000 jiwa , Arab & lainnya 600
jiwa (Banjar?) [45]
- 1828 : Usman Kamaluddin menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun 1832.
- 1829 : Omar Ali Saifuddin II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1852.
- 1830 : Pangeran Muhammad Nafis bin Pangeran Musa menjadi Raja Kusan III sampai tahun 1840.
- 1832 : Umar Akamuddin III menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun wafat 22 Desember 1846.
- 1834 :
Mr. Earl memperkirakan populasi Kalimantan terdiri atas 150.000
Tionghoa, 50.000 Melayu, 10.000 Bugis, 400 Arab, 150 tentara Jawa &
Ambon, 80 Belanda dan 250.000 Dayak.[46]
- 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[47]
- 1837 : Berdirinya swapraja Kerajaan Matan berdiri dengan rajanya Panembahan Anom Kusuma Negara.
- 1840 : Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran Muhammad Nafis menjadi Raja Kusan IV sampai tahun 1850.
- 24 September 1841 : James Brooke diangkat menjadi gubernur Sarawak
- 1841 :
Raja Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu mangkat. Pangeran Mangku Bumi menjadi
Raja Sampanahan, Pangeran Muda Muhammad Arifbillah menjadi Raja Cengal,
Manunggul, Bangkalaan, sedangkan Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung.
- 18 Agustus 1841 : James Brooke diberi gelar Rajah oleh Sultan Brunei. James Brooke menguasai wilayah Sarawak yang paling barat hingga kematiannya pada 1868.[48]
- 1843 : Sultan Adam II Aji Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1853.
- 1844 : Amiril Pengiran Djamaloel Kiram menjabat Raja Tidung sampai tahun 1867.
- 11 Oktober 1844 : Sultan Kutai
mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia
Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang
berkedudukan di Banjarmasin.
- 1845 : Swapraja Kerajaan Matan dipimpin oleh Panembahan Muhamamad Cabran dari tahun 1845-1908.
- 18 Maret 1845 : Kontrak dengan Hindia Belanda mengenai wilayah Kesultanan Banjar.
Wilayah baru ini lebih kecil dibanding dengan sebelumnya, yaitu hanya
daerah inti dari Kesultanan Banjar dan tidak mempunyai akses ke laut.
Dan Belanda mengangkat gubernur bernama Weddik. [21]
- 1846 : Raja Aji Mandura, menggabungkan negeri Buntar-Laut dengan Kerajaan Cantung, sehingga ia menjadi Raja Cantung dan Buntar-Laut.
- 1846 : Abu Bakar Tadjuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1854. Masa pemerintahan Ratu Intan II, ratu dari Bangkalaan, Manoenggoel dan Tjingal.
- 1846 : Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
- 1848 : Labuan resmi menjadi koloni Inggris.
- 28 September 1849 : Gubernur Jenderal J.J. Rochussen datang ke Pengaron di Kesultanan Banjar untuk meresmikan pembukaan tambang batu bara Hindia Belanda pertama yang dinamakan Tambang Batu Bara Oranje Nassau Bentang Emas.
- 1850 : Pangeran Akhmad Hermansyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1865. Aji Muhammad Sulaiman menjadi Sultan Kutai XVIII sampai tahun 1899. Pangeran Jaya Sumitra menjadi Raja Pulau Laut I sampai tahun 1861.
- 1852 : Abdul Momin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1885.
- 8 Agustus 1852 : Tanpa persetujuan Sultan Adam, Pangeran Tamjidillah II diangkat menjadi Sultan Muda oleh Pemerintah Hindia Belanda merangkap Mangkubumi di Kesultanan Banjar. Hindia Belanda dan Tamjidilah II sudah membangun konsesus dalam mendapatkan tanah apanase di Pengaron sebagai wilayah pertambangan batu bara.
- 1853 : Pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Asisten Residen di Samarinda. Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1875.
- 1854 : Umar Kamaluddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1866.
- 1855 : Syarif Hamid Alkadrie menjadi Sultan Pontianak IV sampai tahun 1872.
- 1855 : Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda[49] Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru[50]
- 9 Oktober 1856 : Hindia Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai Mangkubumi Banjar untuk meredam pergolakan di Kesultanan Banjar atas tersingkirnya Pangeran Hidayatullah yang didukung oleh kaum ulama dan bangsawan keraton serta telah mendapat wasiat dari Sultan Adam sebagai Sultan Banjar.
- 30 April 1856 :
Pangeran Hidayatullah II menandatangani persetujuan pemberian konsesi
tambang batu bara kepada Hindia Belanda karena pengangkatannya sebagai Mangkubumi Banjar.
- 1857 : Tamjidillah Alwasikh Billah diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar XVII sampai tahun 1860 kemudian dimakzulkan dan dikirim Belanda ke Bogor.
- 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
- 1 Mei 1859 : Pemerintah Hindia Belanda membuka pelabuhan di Sampit.[51]
- 18 April 1859 : Penyerangan terhadap tambang Oranje Nassau dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari dibantu oleh Pembekal Ali Akbar dan Mantri Temeng Yuda atas persetujuan Pangeran Hidayatulah II.
- 25 Juni 1859 : Hindia Belanda memakzulkan Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar
sebagai hasil kesepakatan Mangkubumi Pangeran Hidayatullah II dan
Kolonel Andresen untuk memulihkan keadaan. Dengan siasat menempatkan
Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan Banjar dan menurunkan Tamjidillah
II karena Belanda menilai penyerangan tambang mereka berkaitan dengan
kekuasaan di Kesultanan Banjar.
- 27 September 1859 : Belanda berhasil menduduki benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.
- 5 Februari 1860 : Belanda mengumumkan bahwa jabatan Mangkubumi Pangeran Hidayat dihapuskan.[52]
- 11 Juni 1860 : Residen Belanda, I. N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan kerajaan di seluruh Kalimantan, termasuk pemerintahan Kesultanan Banjar.
- 1860 : Pangeran Syarif Ali Alaydrus putera dari Syarif Idrus Alaydrus raja Kerajaan Kubu diangkat Belanda menjadi Raja Sabamban I
- 1861 : Pangeran Abdul Kadir menjadi Raja Pulau Laut II sampai tahun 1873.
- 14 Maret 1862 : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan (Sultan Banjar XVIII) oleh para kepala suku Dayak yang dipimpin oleh Tumenggung Surapati, kepala daerah Dusun Atas, Siang dan Murung.
- 11 Oktober 1862 : Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional) mangkat karena penyakit cacar.
- 1862 : Gusti Muhammad Seman menjadi Sultan Banjar XIX dalam pemerintahan Pagustian sampai gugur di tembak Belanda pada tahun 1905.
- 1863 : Suku Iban bermigrasi ke daerah hulu sungai Saribas dan sungai Rajang, dan menyerang suku Kayan
di daerah hulu sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur.
Perang dan serangan pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir dari
lahannya.
- 27 Februari 1864 : eksekusi Demang Lehman di tiang gantungan di tanah lapang Martapura.
- 1865 : Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1904.
- 16 Agustus 1866 : Muhammad Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1924.
- 1867 : Datoe Maoelana/Ratoe Intan Doera menjabat Raja Tidung sampai tahun 1896.
- 1867 : Pemberontakan Tagab Koendi di Sampit.
- 1870 : Pemberontakan Panglima Wangkang.
- 1872 : Syarif Yusuf Alkadrie menjadi Sultan Pontianak V sampai tahun 1895.
- 1873 : Pangeran Berangta Kasuma menjadi Raja Pulau Laut III sampai tahun 1881.
- 1875 : Pangeran Aji Inggu putera Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Raja Pasir sampai tahun 1876.
- 1876 : Perang Sukadana dengan Pontianak, pelabuhan Sukadana akhirnya ditutup. Sultan Abdur Rahman Alamsyah (1876 - 1896) dinobatkan oleh rakyat menjadi Sultan Pasir di Benua dan Sultan Muhammad Ali (1876 – 1898) dinobatkan oleh Belanda menjadi Sultan Pasir di Muara Pasir.
- 1877 : Abdul Momin
membuat perjanjian dengan Gustavus Baron de Over-back dan Alfred Dent
mengenai penggadaian terhadap wilayah-wilayah Brunei di Sabah.
- 1881 : Sabah diambil alih oleh British North Borneo Company kemudian menjadi protektorat Britania Raya dengan masalah internal tetap diadministrasi oleh perusahaan tersebut tahun 1888. Pangeran Amir Husin Kasuma menjadi Raja Pulau Laut IV sampai tahun 1900.
- 1885 :Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1906.
- 1866 : Tumenggung Gamar gugur dalam suatu pertempuran.[53]
- 1888 : Permulaannya Brunei menjadi protektorat Inggris.[54]
- 1894 : Pertemuan suku-suku Dayak di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah yang diprakarsai Belanda untuk mengakhiri tradisi ngayau dan menjadi titik awal penaklukan Belanda terhadap seluruh suku Dayak di pedalaman.
- 1891 : Perjanjian Inggris-Belanda untuk saling menghormati kedaultan wilayah maisng-masing.[55]
- 1895 : Pencatatan penduduk Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo terdiri : 598 orang Eropa, 4.525 orang China, 1.534 orang Arab, 116 orang Timur Asing serta 803.013 orang Bumiputera. Syarif Muhammad Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VI sampai tahun 1944.
- 1896 : Datoe Adil menjabat Raja Tidung sampai tahun 1916.
- 1898 : Kevakuman pemerintahan Kesultanan Pasir sampai tahun 1899 karena diambil alih Belanda.
- 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo. Aji Muhammad Alimuddin menjadi Sultan Kutai XIX sampai 1910. Sultan Ibrahim Khaliluddin menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1908.
- 1903 : Sultan Brunei mengutus surat kepada Sultan Abdul Hamid II, Turki Usmaniyah karena Limbang (wilayah Brunei) direbut oleh Charles Brooke pada tahun 1890.
- 1905 : Pangeran Ratu Sukma Negara menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1913.
- 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra dari Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di pedalaman sungai Barito.
- 15 September 1905 : Panglima Batur digantung Belanda.
- 1906 : Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menandatangani Perjanjian Protektorat Inggris atas Brunei dan menerima Sistem Residen di Brunei. Penggantinya, Muhammad Jamalul Alam II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1924.
- 1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di swapraja Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
- 1914 : Pangeran Ratu Sukma Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1939.
- 1918 : Kaltim, Kotawaringin, Pagatan-Kusan masih menerapkan hukum adat.[56]
- 1919 : Banjarmasin ibukota Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat otonomi pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
- 1920 : Untuk menghindari rodi (erakan) yang dijalankan Belanda gelombang terakhir suku Banjar migrasi menyusuri jalur selatan Kalimantan Barat, pantai utara Bangka (Belinyu) menuju Kuala Tungkal dan Tembilahan selanjutnya menyebar ke Sumatera Utara, Batu Pahat dan Perak, Malaysia. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi Suku Maanyan ke Madagaskar.
- 14 November 1920 : Sultan Aji Muhammad Parikesit menjadi Sultan Kutai XX.
- 1923 : Nasional Borneo Kongres ke-1 diprakarsai oleh Sarekat Islam.
- 1924 : Bulan April Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock mengunjungi Banjarmasin.
- 1924 : Muhammad Ali Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1926 dan di Brunei, Ahmad Tajuddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1950. Di Banjarmasin, J. De Haan menggantikan kedudukan C.J. Van Kempen sebagai residen Belanda sampai tahun 1929
- 29 Maret-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri Sarekat Islam lokal dan wakil-wakil Perserikatan Dayak (non Islam).
- 1926 : Muhammad Ibrahim Syafeiuddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1944.
- 1929 : R. Koppenel menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai tahun 1931.
- 1933 : W.G. Morggeustrom menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai 1937.
- 12 Juni 1936: Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Tanjung Puting sebagai cagar alam dan suaka margasatwa.
- 1938 : Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[57]
- 1938 : Pemerintah Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[58] Residentie Wester Afdeeling van Borneo dan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah Kegubernuran Borneo dengan dr. A. Haga sebagai gubernur sampai kedatangan Jepang. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
- 1940 : Pangeran Ratu Anom Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1948.
- 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin, Landasan Ulin, Banjarbaru.
0 komentar:
Posting Komentar