Jumat, 08 Februari 2013
Tiga kaum Arab terdahulu
- Arab Ba'idah,
Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya.
- Arab 'Aribah,
Kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah. - Arab Musta'ribah
yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah.
Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi', Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj, anak keturunan Jafnah raja Syam dan lain-lainnya. Suku-suku Kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru Jazirah menjelang terjadinya banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan.
Hal ini sebagai akibat dari tekanan Bangsa Romawi dan tindakan mereka menguasai jalur perdagangan laut dan setelah mereka menghancurkan jalur darat serta berhasil menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain) dikatakan : bahwa mereka hijrah setelah terjadinya banjir besar tersebut.
Kedatangan di Syam dan Persia
Kedatangan di Syam dan Persia
Kedatangan kaum muslimin di daerah Syam dan Persia pada abad ke-7, menyebabkan perkembangan Islam yang semakin pesat. Penduduk Qahtan dan Adnan di daerah Syam dan Persia segera masuk Islam, setelah futuh di sanadi Spanyol
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Al-Andalus
Bangsa Finisi dan Kartago yang menguasai Semenanjung Iberia dan Afrika Utara pada abad ke-8 Masehi dikalahkan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab meminta bantuan pada kaum Berber untuk menguasai Spanyol. Kemudian bangsa Arab dan kaum Berber menguasai daerah ini sampai abad ke-17.Abad Pertengahan
Pada abad Pertengahan, bangsa Arab tersebar dari ujung Teluk Persia sampai Pegunungan Pirenia. Kaum Kristen di Eropa menyebut kekhalifahan Arab Islam ini sebagai "Saracen". Kaum Kristen di Iberia menyebut umat Muslim sebagai Bangsa Moor.Asal-usul dan sejarah
Asal-usul dan sejarah
Arab awal
Bangsa Semit pada awalnya membangun peradaban di Mesopotamia dan Syria, kemudian perlahan-lahan mereka kehilangan dominasi politik mereka disebabkan serangan dari bangsa nomad Semit dan bangsa non Semit. Bangsa Aram, Akkadia, Asiria, dan Minean berbicara dalam bahasa yang hampir sama dengan bahasa Semit. Akhirnya, bangsa Semit kehilangan kekuasaannya tepat pada serangan Persia dan kedatangan bangsa Yunani pada 330 SM.Setelah penyerangan itu, bangsa Semit berdiaspora ke segala bagian. Kebanyakan dari suku bangsa ini berpindah ke daerah selatan dan daerah utara, dimana bangsa Arab akan berkembang disana. Bangsa Arab di Utara membangun sebuah peradaban yang dinamakan peradaban Arab Nabatea. Kemudian, Arab bagian Selatan membentuk kafilah-kafilah yang tersebar.
Kafilah-kafilah ini kemudian membentuk sebuah kerajaan di daerah Yaman, yang disebut oleh bangsa Yunani sebagai Arabia Felix yang berarti "kawasan Arab yang beruntung".
Pada masa Sassanid, Kekaisaran Romawi menguasai daerah Syam yang kemudian disebut Arab Petra. Bangsa Romawi menyebut daerah gurun di Timur Dekat ini sebagai Arabi. Dan pada awal abad pertama masehi, Kaum Ghassan dari Yaman berpindah ke daerah Syam. Kaum Ghassan, Lakhm dan Kindi menjadi kabilah-kabilah yang terakhir kali berpindah ke Arab Petra. Kabilah Ghassan kemudian berpindah ke daerah Syria, dan tinggal di kawasan Hurran dan daerah Levantine (Lebanon, Palestina). Bangsa Ghassan menguasai Syria sampai kedatangan kaum Muslimin di sana.
Sementara itu, kaum Lakhm bermukim di daerah pertengahan Sungai Tigris. Mereka bersekutu dengan Sassanid untuk melawan Kekaisaran Bizantium dan Kabilah Ghassan. Mereka kemudian mengontrol daerah Arab bagian Tengah. Kabilah Kindi bermigrasi ke Utara, tapi mereka kemudian berpindah ke Bahrain dan tetap bermukim di Yaman.
Arab pra-Islam
Kaum Muslimin yang bermukim di Madinah mengacu pada kabilah gurun nomaden dan mereka disebut A'raab. Kata A'raab berasal dari istilah bangsa Asiria terhadap bangsa-bangsa yang pernah mereka taklukkan.Al-Qur'an tidak memakai kata ʿarab, tapi hanya menggunakan kata sifatnya yaitu ʿarabiyyun. Al-Qur'an kemudian menjadi contoh yang sempurna bagi al-ʿarabiyya, bahasa Arab. Kata benda netral ʾaʿrāb berhubungan suku Badui Quraisy yang melawan Nabi Muhammad SAW, contohnya pada surat At-Taubah, ʾaʿrābu ʾašaddu kufrān wa nifāqān "Mereka (suku Quraisy) semakin kafir dan nifaq". Berdasarkan terminologi Islam, kata ʿarab menunjukkan bahasa, dan ʾaʿrāb untuk kaum Arab Badui.
Bangsa Arab
Bangsa Arab
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Arab, lihat Arab (disambiguasi).
Arab العرب al-ʿarab |
|||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Filipus si Arab • Yohanes dari Damaskus • Al-Kindi • Al-Khansa Faisal I dari Irak • Gamal Abdel Nasser • Asmahan • May Ziade |
|||||||||||||||||||||||||||
Jumlah populasi | |||||||||||||||||||||||||||
sekitar 500 juta[1] |
|||||||||||||||||||||||||||
Kawasan dengan populasi yang signifikan | |||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||
Bahasa | |||||||||||||||||||||||||||
Bahasa Arab, Bahasa Arab Selatan Modern,[10][11] berbagai dialek Bahasa Arab | |||||||||||||||||||||||||||
Agama | |||||||||||||||||||||||||||
Mayoritas Islam, minoritas terbesar Kristen, dll. |
Daftar isi |
Etimologi
Menurut bahasa, ʻArab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu atau nama dari leluhur terdahulu, lalu mereka menjadikan namanya sebagai tempat tinggal.Gambaran umum
Kata Arab pertama kali muncul pada abad ke-9 sebelum masehi. Bangsa Arab tidak selalu terdiri orang-orang Islam, tapi juga orang Kristen dan Yahudi. Beberapa buktinya adalah adanya perabadan Nabath yang didirikan oleh bangsa Arab beragama Kristen.Pada zaman modern ini, seseorang dikatakan berbangsa Arab bila memenuhi tiga syarat sebagai berikut:
- Genealogi: seseorang yang memiliki keturunan dari Arab dan nenek moyangnya tinggal di negeri Arab.
- Bahasa: seseorang yang menuturkan bahasa Arab sebagai bahasa ibu. Rakyat Mesir menolak dasar ini.[12][13]
- Politik: seseorang yang memiliki kebangsaan negara di kawasan Arab.
Kerajaan yang pernah ada
Jaman modern
Jaman modern
- 14 Agustus 1950 : Pembentukan provinsi Kalimantan setelah bubarnya RIS dengan gubernur dr. Moerjani, tetap diperingati sebagai Hari Jadi Propinsi Kalimantan Selatan.
- 1953 : Pemulihan pemerintahan di Provinsi Kalimantan.[63]
- 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
- 1955 : Pemilihan Umum 1955.[64]
- 4 Oktober 1956 : Sidang Kabinet memutuskan untuk memekarkan Propinsi Kalimantan menjadi tiga provinsi otonom.
- 7 Desember 1956 : Kalimantan dipecah menjadi provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
- 23 Mei 1957 : Pembentukan provinsi Kalimantan Tengah dimekarkan dari Kalimantan Selatan.
- 1960 : Populasi Sarawak 745.000 jiwa, Borneo Utara (Sabah) 454.000 jiwa dan Brunei 84.000 jiwa.[65]
- 8 Desember 1962 : Revolusi Brunei pecah yang dipimpin oleh Yassin Affandi dan pemberontak bersenjatanya (Tentara Nasional Kalimantan Utara).
- 1963 : Sabah dan Sarawak bergabung dalam federasi Malaysia.
- 1963 : Tanggal 20 Januari pemerintah Indonesia mencetuskan Konfrontasi terhadap Malaysia.[66]
- 1964 : Bulan Mei, Presiden Sukarno mencetuskan Dwikora.[67]
- 1967 : Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah menjadi Sultan Brunei XXIX hingga kini.
- 1967 : Tanggal 28 Nopember, tentara Indonesia berperang melawan gerilyawan Komunis di perbatasan Sarawak.[68]
- 1971 : Penduduk Samarinda meningkat lebih dari 700% terhitung dari tahun 1930 sampai 1971.[69]
- 4 Januari 1979 : Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
- 1 Januari 1984 : Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
- 1984 : Pangeran Ratu Winata Kusuma sebagai kepala rumah tangga Kesultanan Sambas.
- 12 Mei 1984 : Penetapan Taman Nasional Tanjung Puting oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
- 1999 : Haji Aji Muhammad Salehuddin II menjadi Raja Kutai Kartanegara XXI hingga kini.
- 26 Mei - 29 Mei 2008 : Rakernas I Majelis Adat Dayak Nasional di Palangkaraya menuntut Otonomi Khusus untuk Kalimantan
- 29 Desember 1996 : Awal kerusuhan Sambas.[70]
- 2007 : Bulan Agustus, sebuah ekspedisi penelitian pulau Kalimantan menemukan spesies katak yang langka.[
Jaman NICA dan Federalisme
Jaman NICA dan Federalisme
Setelah mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja seperti pada zaman Hindia Belanda yaitu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Tayan, Meliau, Sekadau, Sintang, Selimbau, Simpang, Sukadana dan Matan.Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948. Pembentukan Negara Kalimantan digagalkan rakyat Banjarmasin dengan melakukan gerilya di pedalaman di bawah pimpinan Bapak Gerilya Kalimantan Hasan Basry.
Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Kalimantan" tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan Banjar yang didirikan Belanda.
Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu :
- Daerah Istimewa Kalimantan Barat dengan ibukota Pontianak.
- Federasi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda.
- Dayak Besar dengan ibukota sementara Banjarmasin.
- Daerah Banjar dengan ibukota Banjarmasin.
- Federasi Kalimantan Tenggara dengan ibukota Kotabaru.
- Pangeran Muhammad Ali (sebelum 1935) digantikan anaknya,
- Pangeran Muhammad Noor (1935-1939) digantikan oleh,
- Mr. Tadjuddin Noor (1939-1945)
- Gubernur Borneo
- Dr. A. Haga (1938-1942), gubernur dari Kegubernuran Borneo berkedudukan di Banjarmasin
- Pangeran Musa Ardi Kesuma (1942-1945), Ridzie Kalimantan Selatan dan Tengah
- Ir. Pangeran Muhammad Noor (2 September 1945), gubernur Kalimantan berkedudukan di Yogyakarta
- dr. Moerjani (14 Agustus 1950), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
- Mas Subarjo (1953-1955), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
- Raden Tumenggung Arya Milono (1955-1957), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.
- 1945 : Sultan Hamid II menjadi Sultan Pontianak VIII sampai tahun 1950.
- 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
- 2 September 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta melantik Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan.
- 17 Oktober 1945 : Penerjunan pertama pasukan payung Republik Indonesia di Desa Sambi, Arut Utara, Kotawaringin Barat (Palagan Sambi). Tanggal ini menjadi Hari Jadi Paskhas TNI AU.
- 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan Belanda.
- 31 Januari 1946 : Di Yogyakarata, Presiden Sukarno menerima 32 pemuda Kalimantan[62]
- 1946 : Pemerintahan perusahaan British North Borneo Company berakhir dan Sabah menjadi koloni dari British North Borneo sampai menjadi federasi Malaysia pada 1963.
- 17 Mei 1949 : Proklamasi Kalimantan oleh Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
- 1950 : Omar Ali Saifuddin III menjadi Sultan Brunei 1967.
- 18 April 1950 : Pembubaran Dewan Dayak Besar, Dewan Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
Jaman Jepang
Jaman Jepang
- 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala.
- 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas selanjutnya menuju pedalaman Barito yaitu Puruk Cahu, dengan rencana untuk merebut kembali ibukota Borneo (Banjarmasin) dengan perang gerilya.
- 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, ibukota provinsi Borneo.[59]
- 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Banjarmasin dan daerahnya diserahkan kepada Pimpinan Pemerintahan Civil.
- 13 Februari 1942 : Sakaguchi Detachment menduduki kota Banjarmasin.[60]
- 3 Maret 1945 : Misi operasi Platypus mulai dijalankankan di Balikpapan.[61]
- 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya di Banjarmasin.
- 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito.
- 1944 : Syarif Thaha Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VII sampai tahun 1945.Muhammad Taufik menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1984.
- 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
Jaman Hindia Belanda
Jaman Hindia Belanda
- 1817 : Tanggal 1 Januari, Inggris menyerahkan kembali Banjarmasin dan Kalimantan kepada Belanda, maka pada hari itu dibuat Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
- 1817 : Amiril Tadjoeddin menjabat Raja Tidung sampai tahun 1844. Di Kotawaringin, Pangeran Ratu Imanuddin memerintah hingga 1855[43]
- 1819 : Syarif Osman Alkadrie menjadi Sultan Pontianak III sampai tahun 1855. Ia ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda untuk memimpin Afdeeling Pontianak.
- 1820 : Zainul Abidin II bin Badruddin (1820 - 1834) menjadi Sultan Gunung Tabur I, pecahan dari Kesultanan Berau. Pangeran Musa menantu Sultan Sulaiman dari Banjar menjadi Raja Kusan II sampai tahun 1830.
- 1823: Mr. Muller pegawai pemerintah Hindia Belanda mensurvey barat laut Kalimantan.[44])
- 1823 : 13 September 1823 : Kontrak Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
- 1825 : Adam Alwasikh Billah menjadi Sultan Banjar XVI sampai tahun 1857. Di Brunei, Muhammad Alam menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1828.
- 1825 : Bulan Juli 1825, Raja Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu menjalin kontrak dengan Hindia Belanda.
- 1826 : Setelah serangan penaklukan keraton Banjar di Banjarmasin pada tahun 1826, Hindia Belanda telah membuat aturan daerah mana saja yang masih dikuasai Kesultanan Banjar dan menentukan pembagian wilayah-wilayah.
- 1827 : Populasi pulau Kalimantan diperkirakan Dayak 200.000 jiwa, Cina 125.000 jiwa, Melayu 60.000 jiwa , Bugis 5.000 jiwa , Arab & lainnya 600 jiwa (Banjar?) [45]
- 1828 : Usman Kamaluddin menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun 1832.
- 1829 : Omar Ali Saifuddin II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1852.
- 1830 : Pangeran Muhammad Nafis bin Pangeran Musa menjadi Raja Kusan III sampai tahun 1840.
- 1832 : Umar Akamuddin III menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun wafat 22 Desember 1846.
- 1834 : Mr. Earl memperkirakan populasi Kalimantan terdiri atas 150.000 Tionghoa, 50.000 Melayu, 10.000 Bugis, 400 Arab, 150 tentara Jawa & Ambon, 80 Belanda dan 250.000 Dayak.[46]
- 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[47]
- 1837 : Berdirinya swapraja Kerajaan Matan berdiri dengan rajanya Panembahan Anom Kusuma Negara.
- 1840 : Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran Muhammad Nafis menjadi Raja Kusan IV sampai tahun 1850.
- 24 September 1841 : James Brooke diangkat menjadi gubernur Sarawak
- 1841 : Raja Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu mangkat. Pangeran Mangku Bumi menjadi Raja Sampanahan, Pangeran Muda Muhammad Arifbillah menjadi Raja Cengal, Manunggul, Bangkalaan, sedangkan Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung.
- 18 Agustus 1841 : James Brooke diberi gelar Rajah oleh Sultan Brunei. James Brooke menguasai wilayah Sarawak yang paling barat hingga kematiannya pada 1868.[48]
- 1843 : Sultan Adam II Aji Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1853.
- 1844 : Amiril Pengiran Djamaloel Kiram menjabat Raja Tidung sampai tahun 1867.
- 11 Oktober 1844 : Sultan Kutai mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
- 1845 : Swapraja Kerajaan Matan dipimpin oleh Panembahan Muhamamad Cabran dari tahun 1845-1908.
- 18 Maret 1845 : Kontrak dengan Hindia Belanda mengenai wilayah Kesultanan Banjar. Wilayah baru ini lebih kecil dibanding dengan sebelumnya, yaitu hanya daerah inti dari Kesultanan Banjar dan tidak mempunyai akses ke laut. Dan Belanda mengangkat gubernur bernama Weddik. [21]
- 1846 : Raja Aji Mandura, menggabungkan negeri Buntar-Laut dengan Kerajaan Cantung, sehingga ia menjadi Raja Cantung dan Buntar-Laut.
- 1846 : Abu Bakar Tadjuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1854. Masa pemerintahan Ratu Intan II, ratu dari Bangkalaan, Manoenggoel dan Tjingal.
- 1846 : Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
- 1848 : Labuan resmi menjadi koloni Inggris.
- 28 September 1849 : Gubernur Jenderal J.J. Rochussen datang ke Pengaron di Kesultanan Banjar untuk meresmikan pembukaan tambang batu bara Hindia Belanda pertama yang dinamakan Tambang Batu Bara Oranje Nassau Bentang Emas.
- 1850 : Pangeran Akhmad Hermansyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1865. Aji Muhammad Sulaiman menjadi Sultan Kutai XVIII sampai tahun 1899. Pangeran Jaya Sumitra menjadi Raja Pulau Laut I sampai tahun 1861.
- 1852 : Abdul Momin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1885.
- 8 Agustus 1852 : Tanpa persetujuan Sultan Adam, Pangeran Tamjidillah II diangkat menjadi Sultan Muda oleh Pemerintah Hindia Belanda merangkap Mangkubumi di Kesultanan Banjar. Hindia Belanda dan Tamjidilah II sudah membangun konsesus dalam mendapatkan tanah apanase di Pengaron sebagai wilayah pertambangan batu bara.
- 1853 : Pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Asisten Residen di Samarinda. Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1875.
- 1854 : Umar Kamaluddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1866.
- 1855 : Syarif Hamid Alkadrie menjadi Sultan Pontianak IV sampai tahun 1872.
- 1855 : Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda[49] Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru[50]
- 9 Oktober 1856 : Hindia Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai Mangkubumi Banjar untuk meredam pergolakan di Kesultanan Banjar atas tersingkirnya Pangeran Hidayatullah yang didukung oleh kaum ulama dan bangsawan keraton serta telah mendapat wasiat dari Sultan Adam sebagai Sultan Banjar.
- 30 April 1856 : Pangeran Hidayatullah II menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada Hindia Belanda karena pengangkatannya sebagai Mangkubumi Banjar.
- 1857 : Tamjidillah Alwasikh Billah diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar XVII sampai tahun 1860 kemudian dimakzulkan dan dikirim Belanda ke Bogor.
- 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
- 1 Mei 1859 : Pemerintah Hindia Belanda membuka pelabuhan di Sampit.[51]
- 18 April 1859 : Penyerangan terhadap tambang Oranje Nassau dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari dibantu oleh Pembekal Ali Akbar dan Mantri Temeng Yuda atas persetujuan Pangeran Hidayatulah II.
- 25 Juni 1859 : Hindia Belanda memakzulkan Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar sebagai hasil kesepakatan Mangkubumi Pangeran Hidayatullah II dan Kolonel Andresen untuk memulihkan keadaan. Dengan siasat menempatkan Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan Banjar dan menurunkan Tamjidillah II karena Belanda menilai penyerangan tambang mereka berkaitan dengan kekuasaan di Kesultanan Banjar.
- 27 September 1859 : Belanda berhasil menduduki benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.
- 5 Februari 1860 : Belanda mengumumkan bahwa jabatan Mangkubumi Pangeran Hidayat dihapuskan.[52]
- 11 Juni 1860 : Residen Belanda, I. N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan kerajaan di seluruh Kalimantan, termasuk pemerintahan Kesultanan Banjar.
- 1860 : Pangeran Syarif Ali Alaydrus putera dari Syarif Idrus Alaydrus raja Kerajaan Kubu diangkat Belanda menjadi Raja Sabamban I
- 1861 : Pangeran Abdul Kadir menjadi Raja Pulau Laut II sampai tahun 1873.
- 14 Maret 1862 : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan (Sultan Banjar XVIII) oleh para kepala suku Dayak yang dipimpin oleh Tumenggung Surapati, kepala daerah Dusun Atas, Siang dan Murung.
- 11 Oktober 1862 : Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional) mangkat karena penyakit cacar.
- 1862 : Gusti Muhammad Seman menjadi Sultan Banjar XIX dalam pemerintahan Pagustian sampai gugur di tembak Belanda pada tahun 1905.
- 1863 : Suku Iban bermigrasi ke daerah hulu sungai Saribas dan sungai Rajang, dan menyerang suku Kayan di daerah hulu sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur. Perang dan serangan pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir dari lahannya.
- 27 Februari 1864 : eksekusi Demang Lehman di tiang gantungan di tanah lapang Martapura.
- 1865 : Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1904.
- 16 Agustus 1866 : Muhammad Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1924.
- 1867 : Datoe Maoelana/Ratoe Intan Doera menjabat Raja Tidung sampai tahun 1896.
- 1867 : Pemberontakan Tagab Koendi di Sampit.
- 1870 : Pemberontakan Panglima Wangkang.
- 1872 : Syarif Yusuf Alkadrie menjadi Sultan Pontianak V sampai tahun 1895.
- 1873 : Pangeran Berangta Kasuma menjadi Raja Pulau Laut III sampai tahun 1881.
- 1875 : Pangeran Aji Inggu putera Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Raja Pasir sampai tahun 1876.
- 1876 : Perang Sukadana dengan Pontianak, pelabuhan Sukadana akhirnya ditutup. Sultan Abdur Rahman Alamsyah (1876 - 1896) dinobatkan oleh rakyat menjadi Sultan Pasir di Benua dan Sultan Muhammad Ali (1876 – 1898) dinobatkan oleh Belanda menjadi Sultan Pasir di Muara Pasir.
- 1877 : Abdul Momin membuat perjanjian dengan Gustavus Baron de Over-back dan Alfred Dent mengenai penggadaian terhadap wilayah-wilayah Brunei di Sabah.
- 1881 : Sabah diambil alih oleh British North Borneo Company kemudian menjadi protektorat Britania Raya dengan masalah internal tetap diadministrasi oleh perusahaan tersebut tahun 1888. Pangeran Amir Husin Kasuma menjadi Raja Pulau Laut IV sampai tahun 1900.
- 1885 :Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1906.
- 1866 : Tumenggung Gamar gugur dalam suatu pertempuran.[53]
- 1888 : Permulaannya Brunei menjadi protektorat Inggris.[54]
- 1894 : Pertemuan suku-suku Dayak di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah yang diprakarsai Belanda untuk mengakhiri tradisi ngayau dan menjadi titik awal penaklukan Belanda terhadap seluruh suku Dayak di pedalaman.
- 1891 : Perjanjian Inggris-Belanda untuk saling menghormati kedaultan wilayah maisng-masing.[55]
- 1895 : Pencatatan penduduk Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo terdiri : 598 orang Eropa, 4.525 orang China, 1.534 orang Arab, 116 orang Timur Asing serta 803.013 orang Bumiputera. Syarif Muhammad Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VI sampai tahun 1944.
- 1896 : Datoe Adil menjabat Raja Tidung sampai tahun 1916.
- 1898 : Kevakuman pemerintahan Kesultanan Pasir sampai tahun 1899 karena diambil alih Belanda.
- 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo. Aji Muhammad Alimuddin menjadi Sultan Kutai XIX sampai 1910. Sultan Ibrahim Khaliluddin menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1908.
- 1903 : Sultan Brunei mengutus surat kepada Sultan Abdul Hamid II, Turki Usmaniyah karena Limbang (wilayah Brunei) direbut oleh Charles Brooke pada tahun 1890.
- 1905 : Pangeran Ratu Sukma Negara menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1913.
- 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra dari Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di pedalaman sungai Barito.
- 15 September 1905 : Panglima Batur digantung Belanda.
- 1906 : Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menandatangani Perjanjian Protektorat Inggris atas Brunei dan menerima Sistem Residen di Brunei. Penggantinya, Muhammad Jamalul Alam II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1924.
- 1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di swapraja Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
- 1914 : Pangeran Ratu Sukma Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1939.
- 1918 : Kaltim, Kotawaringin, Pagatan-Kusan masih menerapkan hukum adat.[56]
- 1919 : Banjarmasin ibukota Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat otonomi pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
- 1920 : Untuk menghindari rodi (erakan) yang dijalankan Belanda gelombang terakhir suku Banjar migrasi menyusuri jalur selatan Kalimantan Barat, pantai utara Bangka (Belinyu) menuju Kuala Tungkal dan Tembilahan selanjutnya menyebar ke Sumatera Utara, Batu Pahat dan Perak, Malaysia. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi Suku Maanyan ke Madagaskar.
- 14 November 1920 : Sultan Aji Muhammad Parikesit menjadi Sultan Kutai XX.
- 1923 : Nasional Borneo Kongres ke-1 diprakarsai oleh Sarekat Islam.
- 1924 : Bulan April Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock mengunjungi Banjarmasin.
- 1924 : Muhammad Ali Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1926 dan di Brunei, Ahmad Tajuddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1950. Di Banjarmasin, J. De Haan menggantikan kedudukan C.J. Van Kempen sebagai residen Belanda sampai tahun 1929
- 29 Maret-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri Sarekat Islam lokal dan wakil-wakil Perserikatan Dayak (non Islam).
- 1926 : Muhammad Ibrahim Syafeiuddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1944.
- 1929 : R. Koppenel menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai tahun 1931.
- 1933 : W.G. Morggeustrom menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai 1937.
- 12 Juni 1936: Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Tanjung Puting sebagai cagar alam dan suaka margasatwa.
- 1938 : Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[57]
- 1938 : Pemerintah Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[58] Residentie Wester Afdeeling van Borneo dan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah Kegubernuran Borneo dengan dr. A. Haga sebagai gubernur sampai kedatangan Jepang. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
- 1940 : Pangeran Ratu Anom Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1948.
- 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin, Landasan Ulin, Banjarbaru.
Langganan:
Postingan (Atom)